Laringomalasia: sebuah laporan kasus dan telaah pustaka
- pdf  |
- DOI: https://doi.org/10.15562/ism.v14i2.1695  |
- Published: 2023-08-17
Search for the other articles from the author in:
Google Scholar | PubMed | ISM Journal
Search for the other articles from the author in:
Google Scholar | PubMed | ISM Journal
Background: Laryngomalacia is a congenital disorder caused by collapse of the supraglottis structure that causes stridor in neonates and infants. The cause of laryngomalacia is still under further research but currently there are 3 theories that can cause laryngomalacia, namely neurological disorders, GERD and anatomical abnormalities. This case report aims to evaluate the laryngomalacia case in a child.
Case reports: A toddler aged 2 months with complaints of choking every time he eats and drinks followed by wheezing. The patient had previously been treated with the same complaint by the Pediatric Surgery Department and was diagnosed with pyloric stenosis, was given therapy and the complaint disappeared but reappeared so that a CT scan was carried out and found hydrocephalus and medulloblastoma. Then, on supporting examination, flexible laryngoscopy found an omega-shaped larynx, with a wide airway and an NGT tube.
Conclusion: In infant and toddler patients with complaints of frequent choking while eating and drinking can still be a clinical sign of laryngomalacia that needs to be proven by flexible laryngoscopy examination and periodic evaluation of clinical complaints and symptoms which are very important in determining further therapy
Latar Belakang: Laringomalasia adalah sebuah kelainan kongenital yang diakibatkan oleh kolaps dari struktur supraglotis, menyebabkan stridor pada neonatus dan bayi. Penyebab terjadinya laringomalasia masih dalam penelitian lanjutan, namun saat ini didapati 3 teori yang menyebabkan terjadinya laringomalasia yaitu gangguan neurologis, adanya GERD serta kelainan anatomis. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi kasus laringomalasia pada anak.
Presentasi Kasus: Seorang balita usia 2 bulan dengan keluhan tersedak setiap kali makan dan minum diikuti dengan nafas berbunyi. Pasien sebelumnya telah dirawat dengan keluhan yang sama oleh Bagian Bedah Anak dan didiagnosis dengan stenosis pylorus, diberikan terapi dan keluhan menghilang namun muncul kembali sehingga dilakukan pemeriksaan penunjang CT Scan ditemukan adanya hydrosephalus dan medulablastoma. Kemudian pada pemeriksaan penunjang laringoskopi fleksibel didapati gambaran laring berbentuk omega, dengan airway lapang dan tampak pipa NGT.
Kesimpulan: Pada pasien bayi dan balita dengan keluhan sering tersedak pada saat makan dan minum masih merupakan satu tanda klinis laringomalasia yang perlu dibuktikan dengan pemeriksaan laringoskopi fleksibel serta evaluasi berkala terhadap keluhan dan gejala klinis yang sangat penting dalam menentukan terapi lanjutan