Kondiloma lata perianal yang awalnya diduga bowenoid papulosis disertai balanitis candida pada remaja laki-laki
- pdf  |
- DOI: https://doi.org/10.15562/ism.v14i1.1421  |
- Published: 2023-01-19
Search for the other articles from the author in:
Google Scholar | PubMed | ISM Journal
Search for the other articles from the author in:
Google Scholar | PubMed | ISM Journal
Search for the other articles from the author in:
Google Scholar | PubMed | ISM Journal
Background: Condyloma lata is a form of secondary syphilis that manifest in moist, flat, firm boundaries papules or plaques with macerated surface that resembles the appearance of bowenoid papulosis. Differentiating this disease requires supporting examinations so that appropriate treatment can be determined. This case report discusses a case of condyloma lata, which was originally suspected to be bowenoid papulosis and accompanied by balanitis candida.
Case: A 14 years teenage boy, complained of warts near the anus and white spots on the gland penis since 1 month ago. Dermatovenereology examination on the perianal region showed a hyperpigmented solitary plaque, well-defined margin, geographic shape, flat surface and a solitary ulcer at the edges. On the glans penis, multiple white plaques, well defined, geographic shape, moist surface. Acetowhite examination was negative and a dark field microscope (DFM) examination of perianal lesions found Treponema pallidum. The potassium hydroxide examination on the glans penis found pseudohyphae and blastospores. Gram examination was found normal. The VDRL serology examination was reactive (1:64), and the TPHA was found to be reactive. The patient was diagnosed with condyloma lata coinfection with balanitis candida. Treatment involves a single intramuscular injection of benzathine penicillin 2.4 million IU and fluconazole 150 mg capsules intraorally single dose. Observations within 1 month showed clinical improvement in condyloma lata and balanitis.
Conclusion: This case provides an understanding of condyloma lata's clinical course, which mimics other diseases in an immunocompetent patient. Treatment based on etiology provides a good clinical improvement in patients.
Latar belakang: Kondiloma lata merupakan suatu bentuk sifilis sekunder yang dapat bermanifestasi berupa papul maupun plak yang lembab, datar, berbatas tegas dengan permukaan maserasi. Bowenoid papulosis adalah penyakit yang menyerupai gambaran kondiloma lata. Membedakan penyakit ini diperlukan pemeriksaan penunjang sehingga dapat menentukan pengobatan yang sesuai. Laporan kasus ini membahas kasus kondiloma lata yang semula diduga bowenoid papulosis dan disertai balanitis candida pada remaja laki-laki.
Kasus: Seorang remaja laki-laki, usia 14 tahun, mengeluhkan adanya kutil di dekat dubur dan bercak putih pada kelamin sejak 1 bulan yang lalu. Status dermatovenereologi pada regio perianal didapatkan plak soliter hiperpigmentasi, batas tegas, bentuk geografika, permukaan rata dan di tepinya terdapat ulkus soliter. Pada glans penis didapatkan plak putih multipel, berbatas tegas, bentuk geografika, permukaan lembab. Pemeriksaan acetowhite didapatkan negatif, pemeriksaan dark field microscope (DFM) pada lesi perianal didapatkan Treponema pallidum. Pemeriksaan kalium hidroksida (KOH) pada glans penis didapatkan adanya pseudohifa dan blastospora. Pemeriksaan gram pada glans penis tidak ditemukan adanya leukosit, kokus gram positif maupun batang gram negatif. Pemeriksaaan serologi Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) reaktif 1:64 dan Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA) didapatkan reaktif. Pasien didiagnosis kondiloma lata disertai balanitis candida. Penatalaksanaan dengan injeksi benzatin penisilin 2,4 juta IU intramuskular dosis tunggal dan flukonazol kapsul 150 mg intraoral dosis tunggal. Pengamatan dalam 1 bulan didapatkan perbaikan klinis pada kondiloma lata dan balanitis.
Simpulan: Kasus ini memberikan pemahaman mengenai klinis kondiloma lata yang menyerupai dengan penyakit lain dan disertai koinfeksi candida pada pasien imunokompeten. Penanganan berdasarkan etiologi memberikan perbaikan klinis yang baik pada pasien.