Skip to main content Skip to main navigation menu Skip to site footer

Situasi analisis pelayanan kesehatan mata di Provinsi Bali, Indonesia

Abstract

Introduction: The prevalence of blindness in Bali based on Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) survey in 2015 was 2%. This prevalence rate is still high according to WHO guidelines. Bali has challenges in providing eye care services. The aim of this study was to report situational analysis of the eye care in Bali.

Method: This is a descriptive study with quantitative and qualitative approach. Data collection was carried out through interviews and questionnaires targeting respective stakeholders involved in the eye care services in Bali.

Result: Bali consists of 9 districts with total 4,337 million people. Eye care in Bali consist of 43 hospitals, 120 primary health care (Puskesmas), 73 general ophthalmologist and subspecialists, 18 trained opthalmic nurses, and 12 refractionist. Bali has mobile eye care unit covering remotes area and a Non-Government Organization (NGO) actively contributing in community eye care service. Total number of cataract surgery in 2019 was 8.225 eyes with cataract surgical rate (CSR) was 1.896. Komite Mata Daerah (Komatda) dan health insurance for eye service and eye surgery is a form of support from the government.

Conclusion: The implementation of eye care services in Bali is yet under evaluation. Things needed to consider to improve eye care services including providing better distribution of ophthalmologist to districts, and empowering voluntary local manpower as village health workers / cadres through regularly organized training.  Education on blindness and preventable visual disturbances also must be carried out regularly.


Pendahuluan: Prevalensi kebutaan di Bali berdasarkan survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2015 sebesar 2%. Angka prevalensi ini masih tinggi menurut pedoman WHO. Bali memiliki tantangan dalam memberikan pelayanan perawatan mata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melaporkan analisis situasi perawatan mata di Bali.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan kuesioner dengan sasaran masing-masing pemangku kepentingan yang terlibat dalam layanan perawatan mata di Bali.

Hasil: Bali terdiri dari 9 kabupaten dengan jumlah penduduk 4.337 juta jiwa. Perawatan mata di Bali terdiri dari 43 rumah sakit, 120 Puskesmas, 73 dokter spesialis mata umum dan subspesialis, 18 perawat mata terlatih, dan 12 dokter spesialis mata. Bali memiliki unit perawatan mata keliling yang mencakup daerah terpencil dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang aktif berkontribusi dalam layanan perawatan mata masyarakat. Jumlah operasi katarak pada tahun 2019 sebanyak 8.225 mata dengan angka bedah katarak (CSR) sebanyak 1.896. Komite Mata Daerah (Komatda) dan jaminan kesehatan untuk pelayanan mata dan operasi mata merupakan bentuk dukungan dari pemerintah.

Simpulan: Pelaksanaan pelayanan kesehatan mata di Bali masih dalam tahap evaluasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mata antara lain penyediaan dokter spesialis mata yang lebih merata ke kabupaten, dan pemberdayaan tenaga sukarelawan lokal sebagai kader/petugas kesehatan desa melalui pelatihan yang diselenggarakan secara rutin. Edukasi tentang kebutaan dan gangguan penglihatan yang dapat dicegah juga harus dilakukan secara berkala.

References

  1. Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan gangguan penglihatan dan kebutaan. Pusat data dan Informasi Kesehatan RI. Jakarta; 2014.
  2. Foster A, Gilbert C, Johnson G. Changing patterns in global blindness: 1988-2008. Community Eye Health. 2008;21(67):37-9.
  3. Kementerian Kesehatan RI. Peta Jalan Penanggulangan gangguan penglihatan di Indonesia Tahun 2017-2030. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Jakarta; 2019.
  4. World Health Organization. Universal eye health: a global action plan 2014-2019; 2013.
  5. Departemen Kesehatan RI. Indonesia Lakukan Bilateral Meeting dengan International Agency for the Prevention of Blindness; 2019.
  6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Mata di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2016.
  7. Kementerian Kesehatan RI. Indonesia Mencapai Universal Eye Health. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Jakarta; 2018.
  8. Amalius AA. Situational Analysis of Eye Care Services in South Sulawesi. Ophthalmologica Indonesiana. 2016;42(3):1-5.
  9. Marwis A, Firdawati K, Erkadius B. Analisis Sistem Rujukan Kelainan Refraksi dari Puskesmas ke Rumah Sakit di Kota Pariaman Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;8:3-7.
  10. Laksana EP, Rini M. Proses Pembuatan Plan of Action dari Eye Care. Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. Bandung; 2020.
  11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.02.02/Menkes/291/2016 tentang Komite Mata Nasional untuk Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. Jakarta; 2016.
  12. PERDAMI. Who vision 2020; 2017.
  13. World Health Organization. Situation Analysis of VISION 2020 in the WHO South-East Asia Region; 2012.
  14. BPJS Kesehatan. Transformasi BPJS Kesehatan Center Menjadi Layanan PIPP. (Edisi 62 thaun 2018); 2018.
  15. Sukati VN, Moodley VR, Mashige KP. A situational analysis of eye care services in Swaziland. J Public Health Afr. 2018;9(3):892. doi: 10.4081/jphia.2018.892.
  16. Das T, Ackland P, Correia M, Hanutsaha P, Mahipala P, Nukella PB, Pokharel GP, Raihan A, Rao GN, Ravilla TD, Sapkota YD, Simanjuntak G, Tenzin N, Thoufeeq U, Win T; IAPB South East Asia Region Eye Health Study Group. Is the 2015 eye care service delivery profile in Southeast Asia closer to universal eye health need! Int Ophthalmol. 2018;38(2):469-480. doi: 10.1007/s10792-017-0481-y.
  17. Ramke J, Palagyi A, Naduvilath T, du Toit R, Brian G. Prevalence and causes of blindness and low vision in Timor-Leste. Br J Ophthalmol. 2007;91(9):1117-21. doi: 10.1136/bjo.2006.106559.
  18. Edussuriya K, Sennanayake S, Senaratne T, Marshall D, Sullivan T, Selva D, Casson RJ. The prevalence and causes of visual impairment in central Sri Lanka the Kandy Eye study. Ophthalmology. 2009;116(1):52-6. doi: 10.1016/j.ophtha.2008.08.034.
  19. Cakrawati L. Strategic Plan of Eye Care in Indonesia. Perpustakaan Cicendo. Bandung; 2019.
  20. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sigalih Aplikasi berbasis Web/Android Untuk Deteksi Dini Gangguan Penglihatan di Posbindu; 2018.

How to Cite

Dewi, A. A. A. G., Suryathi, N. M. A., Suryanadi, N. M., Kusumadjaja, I. M. A., Sutyawan, I. W. E., Triningrat, A. A. M. P., & Jayanegara, I. W. G. (2021). Situasi analisis pelayanan kesehatan mata di Provinsi Bali, Indonesia. Intisari Sains Medis, 12(3), 952–957. https://doi.org/10.15562/ism.v12i3.1104

HTML
177

Total
182

Share

Search Panel

Anak Agung Ayu Githasari Dewi
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal


Ni Made Ari Suryathi
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal


Ni Made Suryanadi
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal


I Made Agus Kusumadjaja
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal


I Wayan Eka Sutyawan
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal


Anak Agung Mas Putrawati Triningrat
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal


I Wayan Gede Jayanegara
Google Scholar
Pubmed
ISM Journal